Rabu, 22 Januari 2014

Awal Berdirinya Taman Sriwedari

Awal Berdirinya Taman Sriwedari


            Taman Sriwedari merupakan sebuah taman yang dibangun pada zaman pemerintahan Paku Buwana X (1893-1939), dan mulai dibuka pada tahun 1901.[1] Nama Sriwedari sendiri diambil dari cerita pewayangan mengenai kisah Prabu Harjuna Sasrabahu  yang memerintahkan Patih Suwanda untuk memindahkan Taman Sriwedari ke Maespati untuk tempat hiburan bagi isteri Prabu Harjuna Sasrabahu. Pada mulanya taman ini merupakan sebuah taman hiburan dan tempat peristirahatan bagi raja dan keluarganya. Oleh sebab itu, taman ini juga dikenal sebagai “Kebon Raja” atau Taman Raja. 
            Menurut Babad Taman Sriwedari, taman ini dibangun oleh R.A.A. Sasradiningrat atas perintah Paku Buwana X pada tahun Jawa 1831 tahun Dal dengan candra sengkala janma guna ngesti ratu atau tahun 1901 Masehi. Ketika itu, PB X menghabiskan banyak uang untuk membangun taman ini. Setelah itu, taman ini diisi dengan berbagai tumbuh-tumbuhan, bunga-bungaan dan hewan-hewan buruan yang dipisah-pisahkan menurut jenisnya serta dilengkapi dengan berbagai fasilitas hiburan serta rumah makan.[2] Untuk menampung hewan-hewan ini, maka Taman Sriwedari dilengkapi pula dengan kebun binatang yang dibangun pada tahun1905.[3]
            Taman Sriwedari memiliki panjang ± 400 meter dan panjang ± 270 meter. Taman ini pada dasarnya menghadap ke utara dengan gapura di pintu gerbang utamanya yang berbentuk mahkota Baladewa. Di dalamnya dibuat jalan-jalan ke berbagai arah yang di sisi kanan dan kirinya ditumbuhi dengan pohon cemara yang diselingi dengan pohon palem, trembesi dan kenari. Di tengah taman terdapat pendhapa yang dibangun agak tinggi, sehingga seseorang yang berada di pendhapa dapat menikmati keindahan taman. Di sebelah selatan terdapat kandang sangsam, kancil, celeng, senuk, naam, lembu, dan banteng. Di sebelah timur kandang terdapat panggung besar yang menghadap ke utara, yang merupakan tempat peristirahatan Sunan apabila berkunjung ke Taman Sriwedari. Di depan panggung besar terdapat kolam tempat buaya, kura-kura, dan penyu, serta pohon apu untuk tempat burung malipit dan angsa. Di tengah kolam terdapat bukit yang di tengahnya terdapat panggung besar yang diberi nama panti pangaksi, yang disediakan secara khusus untuk Sunan.
            Di sebelah kanan dan kiri panti pangaksi terdapat arca-arca batu yang menjaga tempat itu. Di sebelah tenggara kolam terdapat kandang gajah, di utaranya terdapat kandang ayam mas dan tembagi. Di sisi lainnya terdapat kandang harimau kumbang, tutul, dan gembong. Tidak jauh dari tempat itu terdapat kandang kera, lutung, landak, dan anjing ajag, berbagai macam burung, kambing yang bukan jenis kambing biasa, tupai, jlarang wawa, burung kolik, tuhu, jakatuwa, mliwis pelung, menthok, kuntul, dan jenis burung yang lain. Kemudian di sebelah baratmya terdapat berbagai macam jenis ular.
            Di sisi timur laut Taman Sriwedari terdapat bangunan museum yang diberi nama Radya Pustaka. Museum ini diresmikan oleh Patih Kanjeng Raden Mas Adipati Sasradiningrat IV pada tahun 1907.[4] Kemudian, di sisi lain taman ini juga terdapat bioskop dan tempat pertunjukan wayang wong. Bioskop ini dibangun pada tahun 1914, sementara Wayang Orang dan wayang kulit dibangun pada tahun 1917.[5] Para pengunjung taman ini ternyata tidak hanya pribumi saja, tetapi juga orang Cina, Arab, Jepang, dan Belanda.[6] Pada tahun 1933, sebuah bangunan stadion di sisi barat taman Sriwedari dibangun atas perkenaan Sunan PB X.[7] Pada tahun 1948, Stadion Sriwedari pernah menjadi tuan rumah diselenggarakannya Pekan Olah Raga Nasional I. Di sebelah selatan Sriwedari terdapat kampung Kadipala. Di tempat inilah dahulu terdapat rumah perawatan orang-orang gila. Sampai dengan tahun 1979, Kadipala digunakan sebagai Rumah Sakit Umum, tetapi kemudian digunakan sebagai asrama perawat, dan selanjutnya digunakan sebagai asrama para pemain sepak bola ARSETO Surakarta.[8]



Gambar 01. Keramaian di Taman Sriwedari tempo dulu

Sumber: www.kaskus.co.id

            Taman Sriwedari merupakan salah satu bangunan fisik yang dibangun pada masa Paku Buwana X. Pada waktu itu, PB X memang banyak melakukan pembangunan yang menjadi bukti kebesaran raja Jawa itu. Taman ini dibangun untuk menunjukkan kebesaran Keraton Kasunanan Surakarta yang kekuasaannya saat itu sudah sangat terbatas.
            Ketika itu, Kebon Raja ini bisa dikatakan menjadi semacam zoologi, karena di dalamnya terdapat berbagai macam jenis tumbuh-tumbuhan dan berbagai macam koleksi binatang yang menjadi klangenan raja. Selain sebagai taman, tempat ini juga digunakan sebagai pusat budaya, karena terdapat gedung pertunjukan untuk menyelenggarakan ketoprak dan Wayang Orang. Selain itu, Kebon Raja ini juga digunakan sebagai tempat ritual tradisional, yakni malam selikuran.
            Dalam perkembangannya, Taman Sriwedari juga dapat dinikmati oleh masyarakat meski harus membayar tiket masuk. Tetapi, hal ini tidak menyurutkan keinginan masyarakat untuk menikmati keindahan dan semua fasilitas yang ditawarkan oleh taman ini. Apalagi, ketika itu belum banyak tempat-tempat pusat hiburan rakyat, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjadikan taman ini sebagai ikon Kota Surakarta.

  
Gambar 03. Terlihat patung di tengah Segaran

dan kondisi taman yang masih asri  tahun 1940

Sumber: www.kaskus.co.id


[1]     Sajid,  loc. cit. Berdirinya Taman Sriwedari ditandai dengan candra sengkala Luwih Katon Esthining Wong (1831 J) atau tahun 1901 M.
[2]     Yasaharjana, Babad Taman Sriwedari (Surakarta: Lim Gwan Bie, 1926), hlm. 2.
[3]     Radjiman, Seri Sejarah Surakarta 1: Toponimi Kota Surakarta dan Awal Berdirinya Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Surakarta: tidak diterbitkan, 2002), hlm. 126.
[4]     Radjiman, loc. cit.
[5]     Ibid.
[6]     Yasaharjana,  op. cit., hlm. 4-6.
[7]     Ibid., hlm. 15.
[8]     Radjiman, loc. cit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar