Awal Berdirinya Taman
Sriwedari
Taman
Sriwedari merupakan sebuah taman yang dibangun pada zaman pemerintahan Paku
Buwana X (1893-1939), dan mulai dibuka pada tahun 1901.[1]
Nama Sriwedari sendiri diambil dari cerita pewayangan mengenai kisah Prabu Harjuna
Sasrabahu yang memerintahkan Patih
Suwanda untuk memindahkan Taman Sriwedari ke Maespati untuk tempat hiburan bagi
isteri Prabu Harjuna Sasrabahu. Pada mulanya taman ini merupakan sebuah taman
hiburan dan tempat peristirahatan bagi raja dan keluarganya. Oleh sebab itu,
taman ini juga dikenal sebagai “Kebon Raja” atau Taman Raja.
Menurut
Babad Taman Sriwedari, taman ini dibangun oleh R.A.A. Sasradiningrat atas
perintah Paku Buwana X pada tahun Jawa 1831 tahun Dal dengan candra sengkala janma guna ngesti ratu atau
tahun 1901 Masehi. Ketika itu, PB X menghabiskan banyak uang untuk membangun
taman ini. Setelah itu, taman ini diisi dengan berbagai tumbuh-tumbuhan,
bunga-bungaan dan hewan-hewan buruan yang dipisah-pisahkan menurut jenisnya
serta dilengkapi dengan berbagai fasilitas hiburan serta rumah makan.[2]
Untuk menampung hewan-hewan ini, maka Taman Sriwedari dilengkapi pula dengan
kebun binatang yang dibangun pada tahun1905.[3]
Taman
Sriwedari memiliki panjang ± 400 meter dan panjang ± 270 meter. Taman ini pada
dasarnya menghadap ke utara dengan gapura di pintu gerbang utamanya yang
berbentuk mahkota Baladewa. Di dalamnya dibuat jalan-jalan ke berbagai arah
yang di sisi kanan dan kirinya ditumbuhi dengan pohon cemara yang diselingi
dengan pohon palem, trembesi dan kenari. Di tengah taman terdapat pendhapa yang
dibangun agak tinggi, sehingga seseorang yang berada di pendhapa dapat
menikmati keindahan taman. Di sebelah selatan terdapat kandang sangsam, kancil,
celeng, senuk, naam, lembu, dan banteng. Di sebelah timur kandang terdapat
panggung besar yang menghadap ke utara, yang merupakan tempat peristirahatan
Sunan apabila berkunjung ke Taman Sriwedari. Di depan panggung besar terdapat
kolam tempat buaya, kura-kura, dan penyu, serta pohon apu untuk tempat burung
malipit dan angsa. Di tengah kolam terdapat bukit yang di tengahnya terdapat
panggung besar yang diberi nama panti
pangaksi, yang disediakan secara khusus untuk Sunan.
Di sebelah
kanan dan kiri panti pangaksi
terdapat arca-arca batu yang menjaga tempat itu. Di sebelah tenggara kolam
terdapat kandang gajah, di utaranya terdapat kandang ayam mas dan tembagi. Di
sisi lainnya terdapat kandang harimau kumbang, tutul, dan gembong. Tidak jauh
dari tempat itu terdapat kandang kera, lutung, landak, dan anjing ajag,
berbagai macam burung, kambing yang bukan jenis kambing biasa, tupai, jlarang
wawa, burung kolik, tuhu, jakatuwa, mliwis pelung, menthok, kuntul, dan jenis
burung yang lain. Kemudian di sebelah baratmya terdapat berbagai macam jenis
ular.
Di sisi timur
laut Taman Sriwedari terdapat bangunan museum yang diberi nama Radya Pustaka.
Museum ini diresmikan oleh Patih Kanjeng Raden Mas Adipati Sasradiningrat IV
pada tahun 1907.[4]
Kemudian, di sisi lain taman ini juga terdapat bioskop dan tempat pertunjukan wayang
wong. Bioskop ini dibangun pada tahun 1914, sementara Wayang Orang dan wayang
kulit dibangun pada tahun 1917.[5]
Para pengunjung taman ini ternyata tidak hanya pribumi saja, tetapi juga orang
Cina, Arab, Jepang, dan Belanda.[6]
Pada tahun 1933, sebuah bangunan stadion di sisi barat taman Sriwedari dibangun
atas perkenaan Sunan PB X.[7]
Pada tahun 1948, Stadion Sriwedari pernah menjadi tuan rumah diselenggarakannya
Pekan Olah Raga Nasional I. Di sebelah selatan Sriwedari terdapat kampung
Kadipala. Di tempat inilah dahulu terdapat rumah perawatan orang-orang gila.
Sampai dengan tahun 1979, Kadipala digunakan sebagai Rumah Sakit Umum, tetapi
kemudian digunakan sebagai asrama perawat, dan selanjutnya digunakan sebagai
asrama para pemain sepak bola ARSETO Surakarta.[8]
Gambar 01. Keramaian di Taman Sriwedari tempo dulu
Sumber: www.kaskus.co.id
Taman
Sriwedari merupakan salah satu bangunan fisik yang dibangun pada masa Paku
Buwana X. Pada waktu itu, PB X memang banyak melakukan pembangunan yang menjadi
bukti kebesaran raja Jawa itu. Taman ini dibangun untuk menunjukkan kebesaran
Keraton Kasunanan Surakarta yang kekuasaannya saat itu sudah sangat terbatas.
Ketika itu,
Kebon Raja ini bisa dikatakan menjadi semacam zoologi, karena di dalamnya terdapat berbagai macam jenis
tumbuh-tumbuhan dan berbagai macam koleksi binatang yang menjadi klangenan
raja. Selain sebagai taman, tempat ini juga digunakan sebagai pusat budaya,
karena terdapat gedung pertunjukan untuk menyelenggarakan ketoprak dan Wayang
Orang. Selain itu, Kebon Raja ini juga digunakan sebagai tempat ritual
tradisional, yakni malam selikuran.
Dalam
perkembangannya, Taman Sriwedari juga dapat dinikmati oleh masyarakat meski harus membayar tiket masuk.
Tetapi, hal ini tidak menyurutkan keinginan masyarakat untuk menikmati
keindahan dan semua fasilitas yang ditawarkan oleh taman ini. Apalagi, ketika
itu belum banyak tempat-tempat pusat hiburan rakyat, sehingga tidak membutuhkan
waktu yang lama untuk menjadikan taman ini sebagai ikon Kota Surakarta.
Gambar 03. Terlihat patung di tengah Segaran
dan kondisi taman yang masih asri tahun 1940
Sumber: www.kaskus.co.id
[1]
Sajid, loc. cit. Berdirinya Taman
Sriwedari ditandai dengan candra sengkala Luwih
Katon Esthining Wong (1831 J) atau tahun 1901 M.
[2]
Yasaharjana, Babad Taman Sriwedari (Surakarta: Lim Gwan Bie, 1926), hlm. 2.
[3]
Radjiman, Seri Sejarah Surakarta 1: Toponimi Kota Surakarta dan Awal Berdirinya
Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Surakarta: tidak diterbitkan, 2002), hlm.
126.
[4]
Radjiman, loc. cit.
[5]
Ibid.
[7]
Ibid.,
hlm. 15.
[8]
Radjiman, loc. cit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar