Minggu, 31 Maret 2013

BIOGRAFI SINGKAT KAREL ZAALBERG


Biografi Singkat Karel Zaalberg dan Bangkitnya Kaum Indo

Frans Hendrik Karel Zaalberg dilahirkan pada tanggal 26 November 1873 di Batavia dari pasangan Pierre J.A. Zaalberg, seorang Belanda Totok yang bekerja sebagai pegawai Departemen Pendidikan dengan Susanna Elisabeth de Bie, putri seorang komis Indo-Belanda. Ia merupakan anak bungsu dari lima bersaudara dan merupakan seorang jurnalis Indo yang cukup berpengaruh di Hindia Belanda. Dalam perkembangannya, Karel Zaalberg tumbuh menjadi seorang Indo Eropa yang sangat berpengaruh di Hindia Belanda, terutama karena perjuangannya yang gigih dalam memperjuangkan nasib kaum Indo Eropa di Hindia Belanda.
Ketertarikannya dengan dunia jurnalistik telah dimulai sejak Karel Zaalberg baru saja lulus dari HBS (Hoogere Burgerschool). Dalam usianya yang masih sangat muda, yakni ketika ia baru berumur lima belas tahun, ia telah bergabung dengan surat kabar Bataviaasch Niewsblad yang dipimpin oleh P.A. Daum di Batavia.
Dalam surat kabar itulah Karel Zaalberg banyak belajar dari Daum, terutama pandangannya mengenai masalah diskriminasi rasial yang diberlakukan oleh pemerintah, dimana jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan hanya boleh dipegang oleh golongan Totok, sementara golongan Indo hanya boleh memegang jabatan-jabatan rendahan. Bagi golongan Indo, jabatan tertinggi yang bisa diraih dalam pemerintahan adalah jabatan juru tulis. Posisi golongan Indo juga semakin terdesak setelah pemerintah memberlakukan Politik Etis yang menghasilkan Pribumi terdidik yang tingkat pengetahuannya tidak kalah dengan golongan Indo-Eropa. Pemerintah sendiri lebih menyukai Pribumi terdidik atau golongan priyayi daripada kaum Indo, karena selain kaum Pribumi terdidik memiliki tingkat pengetahuan yang tidak kalah dengan kaum Indo, ongkos yang dikeluarkan pemerintah untuk menggaji golongan Pribumi terdidik ini juga lebih kecil daripada kaum Indo.
Pada tahun 1891, Zaalberg telah diangkat sebagai redaktur kedua Bataviaasch Niewsblad ketika usianya baru saja menginjak 20 tahun. Kemudian, karena prestasinya yang terus menanjak, pada tahun 1894. Namun, meskipun prestasinya sangat baik dalam bidang jurnalistik, tidak lantas membuatnya dapat langsung menduduki posisi tertinggi di surat kabar tersebut. Pada tahun 1898, posisi Daum sebagai pemimpin redaksi digantikan oleh Ph.S. de Laat de Kanter, yang merupakan teman dekat P. A Daum. Kemudian, pada tahun 1900 posisi de Kanter digantikan oleh J.F. Scheltema sampai tahun 1903. Setelah itu, posisi Scheltema digantikan oleh D.A. Hooyer yang memegang posisi sebagai pemimpin redaksi hingga tahun 1908. Namun akhirnya, Zaalberg dapat menempati posisi tertinggi dalam Bataviaasch Niewsblad itu pada tahun 1898.
Masih pada tahun yang sama setelah Karel Zaalberg menempati posisi tertinggi dalam Bataviaasch Niewsblad, berdirilah sebuah organisasi yang didirikan oleh golongan Indo yang bernama Indische Bond. Organisasi ini merupakan sebuah organisasi sosial yang memiliki program untuk memajukan bidang pertanian dan perbaikan sistem pendidikan, sehingga menciptakan peluang kerja yang lebih besar bagi golongan Indo-Eropa miskin. Selain itu, organisasi ini juga berupaya untuk memperjuangkan  hak kaum Indo untuk mendapat kewarganegaraan. Anggota Indische Bond rata-rata berasal dari para kelas pekerja, terutama pegawai kereta api dan pegawai pemerintah golongan rendahan. Sebagai salah seorang anggota Indische Bond, Karel Zaalberg merupakan anggota yang cukup berpengaruh dalam organisasi tersebut karena Zaalberg sering menyumbangkan saran-sarannya demi kemajuan organisasi.
Pada tahun 1902, datang sebuah kapal yang membawa Douwes Dekker kembali ke Hindia Belanda setelah petualangannya di Afrika Selatan. Pada tahun berikutnya, ia bergabung dengan Soerabaiasch Handelsblad. Namun, tidak lama kemudian ia bergabung dengan Bataviaasch Niewsblad. Di sanalah ia mulai bekerjasama dengan Karel Zaalberg, terutama dalam melawan diskriminasi rasial terhadap kaum Indo di Hindia Belanda.  Douwes Dekker segera menempati salah satu posisi penting di surat kabar tersebut dan menjadi redaktur dalam surat kabar tersebut. Tidak lama setelah ia bergabung dengan surat kabar tersebut, ia telah menjadi salah seorang yang cukup berpengaruh dalam surat kabar tersebut selain Karel Zaalberg. Namun, kerjasama ini pecah ketika Douwes Dekker mendirikan Indische Partij bersama dengan Soewardi Soejaningrat dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Zaalberg sendiri mengkritisi pemikiran Dekker tentang pemerintahan sendiri yang dianggapnya terlalu prematur dan masih terlalu dini.
Karel Zaalberg berhasil menjadi ketua umum Indische Bond dari tahun 1912 hingga tahun 1917. Meskipun ia sangat mendukung keikutsertaan kaum Indo sebagai bagian dari masyarakat Eropa, tetapi ia sangat kritis terhadap munculnya benih-benih nasionalisme Indonesia. Zaalberg sebenarnya adalah orang yang sangat mendukung politik Asosiasi, yakni adanya kerjasama antara orang Eropa dan Pribumi. Namun dalam beberapa hal, ia menunjukkan sikap kritisnya terhadap adanya akibat-akibat yang mungkin akan ditimbulkannya yang dapat mempengaruhi kepentingan kaum Indo sendiri. Ia juga mengkritisi akan adanya sikap nasionalisme Indonesia dan kecenderungan mereka untuk memisahkan diri dari keberadaan kelompok-kelompok non-pribumi, seperti orang-orang Eropa Totok, Indo, dan Cina. Ia juga menganggap bahwa adanya sikap nasionalisme berdasarkan kesamaan agama seperti yang dianut oleh SI dapat mengakibatkan terhambatnya hubungan kerjasama antara kelompok Indo Eropa dengan Pribumi.
Keberhasilannya untuk menempati posisi elite dalam organisasi tersebut telah membuat Indische Bond kembali bangkit dari stagnasi yang dialami oleh organisasi tersebut sebelumnya. Namun, tetap tidak ada perubahan yang signifikan terhadap organisasi tersebut, sehingga Zaalberg merasa perlu untuk mendirikan organisasi baru. Organisasi baru tersebut adalah Indo Europeesch Verbond (IEV) pada tanggal 13 Juli 1919. Setelah itu, anggaran dasar organisasi dapat diselesaikan dan disepakati pada tanggal 7 Oktober 1919.
Tujuan IEV pada dasarnya adalah untuk memajukan perkembangan moral, sosial, intelektual, dan ekonomi masyarakat Indo-Eropa di Hindia. Hampir sama dengan Indishe Bond, tujuan tersebut dapat tercapai dengan jalan memajukan pendidikan dan mendirikan sekolah-sekolah bagi kaum Indo-Eropa, serta meningkatkan solidaritas di antara kaum Indo. Pengaruh Karel Zaalberg pun sangat besar dalam awal pendirian organisasi ini, sehingga organisasi ini dapat tumbuh menjadi sebuah organisasi kaum Indo terbesar yang ada di Hindia yang berusaha untuk mengusahakan hak-hak kaum Indo dan menentang keras adanya diskriminasi dan marjinalisasi terhadap kaum Indo di tanah kelahirannya di Hindia. Namun, organisasi ini juga secara tegas menentang adanya aksi-aksi revolusioner dari rakyat Pribumi karena dapat menciderai politik asosiasi yang sudah terjalin selama ini. Oleh sebab itu, dalam perkembangannya IEV justru bertindak menjadi lawan dan pengimbang dari kaum nasionalis Indonesia, terutama di dalam Volksraad.
Organisasi ini pun akhirnya dapat berhasil untuk menyamakan status kaum Indo menjadi sama dengan status kaum Eropa di Hindia Belanda setelah perjuangan yang cukup panjang. Diangkatnya status kaum Indo ini juga dipengaruhi oleh situasi politik yang kian memanas akibat pesatnya pertumbuhan organisasi-organisasi pergerakan kaum Pribumi di Hindia Belanda yang dapat membahayakan kedudukan Pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi, kebangkitan kaum Indo ini bisa menjadi suatu warna lain dalam sejarah pergerakan nasional, di mana kaum Indo yang sebelumnya terjepit posisinya di antara Eropa Totok dengan Pribumi, dapat bersatu dan berjuang bersama-sama sehingga akhirnya dapat menempatkan posisi mereka menjadi sejajar dengan golongan Eropa Totok.

2 komentar:

  1. Kalau Insulinde itu didirikan sebagai gerakan apa gan jelasnya?
    Refrensi di internet ttg Insulinde masih minim sekali, cuma penjelasan saat kiprahnya sebagai pelanjut gerakan Indische Partij, padahal Insulinde sendiri berdiri lebih awal tahun 1907 dan yang menjadi inspirasi munculnya IP. Apakah Insulinde sejak awal pendiriannya juga sama seperti IP yaitu ingin Hindia Belanda merdeka dari kolonialisme? Atau gimana?

    BalasHapus
  2. Tak dipungkiri sepak terjang IEV sendiri menunjukkan haluan yang progresif. Setidaknya, memberi ruang bagi kaum pergerakan karena sikap-sikap kritisnya terhadap pemerintahan kolonial. Namun, tetap saja pendirian organisasi ini tak ubahnya elitismr kelas, yg bahkan bisa saya katakan dg terheran tidak tahu diri, karena menginginkan kepemimpinan kaum Indo jika Hindia merdeka dari Belanda. Meski perjalanan akhir organisasi akhirnya berpihak pada Republik dg mengupayakan upaya integrasi kalangan Indo sebagai wwrga negara Indonesia dg didirikannya GIKI (Gabungan Indo untuk Kesatuan Indonesia).

    BalasHapus