Selasa, 04 Februari 2014

Museum Sejarah Opsir Muda Udara I Adi Soemarmo Surakarta

Museum Sejarah Opsir Muda Udara I Adi Soemarmo
Surakarta, Jawa Tengah


            Museum Sejarah Opsir Muda Udara I Adi Soemarmo merupakan sebuah museum sejarah yang menggambarkan perjuangan TNI Angkatan Udara dalam mempertahankan NKRI dari upaya dekolonisasi Belanda melalui aksi polisinil atau agresi militer pertama dan kedua. Museum ini letaknya berada nylempit di tengah-tengah kompleks Pangkalan Militer TNI AU Adi Soemarmo Surakarta, Jawa Tengah. Letaknya yang nylempit di tengah kompleks pangkalan militer membuat tidak banyak orang yang tahu mengenai keberadaan museum ini. Selain itu, masyarakat mungkin juga segan untuk masuk ke kompleks pangkalan militer karena takut atau enggan bertemu dengan para anggota TNI AU yang berbadan tegap dan bertampang “sangar” yang berjaga di sana.
            Museum yang beralamat di Jalan Tentara Pelajar Colomadu Surakarta ini diresmikan pada tanggal 20 Mei 2011 oleh Komandan Komando Pendidikan TNI AU (Dankodikau) Marsda TNI Bagus Puruhito. Sementara ini museum hanya buka pada setiap hari kerja, yakni Senin-Jumat pukul 09.00-14.00 WIB. Untuk masuk ke lokasi museum, pengunjung harus melapor terlebih dahulu melalui pos penjagaan POM sebelah timur. Pengunjung juga wajib untuk menyerahkan atau menitipkan tanda pengenal (KTP/SIM/Kartu Pelajar) terlebih dahulu, baru kemudian diberi tanda masuk oleh petugas jaga. Untuk masuk ke museum pengunjung tidak dipungut biaya atau gratis.
            Bangunan museum ini tidak terlalu luas karena luasnya tidak lebih dari 75 meter persegi. Koleksi museum ini juga cukup sederhana karena kebanyakan berupa foto dokumentasi, alat-alat yang pernah digunakan oleh pejuang kemerdekaan RI,miniatur pesawat yang digunakan TNI AU, dan sarana penunjang pendidikan kadet TNI AU. Meskipun cukup kecil, tetapi koleksi yang dimiliki museum ini mampu untuk menggambarkan perjuangan TNI AU pada Agresi Belanda I yang memiliki peran dalam melaksanakan misi kemanusiaan dengan menggunakan pesawat Dacota VTCLA dari Singapura dengan membawa obat-obatan sumbangan palang merah Melayu kepada Palang Merah Indonesia. Ketika itu pesawat ini diserang dan ditembak jatuh oleh 2 pesawat Kittu Hawk Belanda. Peristiwa ini terjadi di Ngoto, Bantul, Yogyakarta pada tanggal 29 Juli 1947 yang mengakibatkan gugurnya Opsir Muda Adi Soemarmo dan Komodor Udara Adisutjipto dan Komodor Muda Udara Abdurrahman Saleh. Pada Agresi Belanda II gugur anggota TNI AU antara lain Kopral Udara Sarsono dan Pratu Udara Semi yang meledakkan jembatan Kali Pepe, dengan tujuan untuk menghambat gerakan Belanda.
            Gambar 1. Kondisi Ruangan Museum Sejarah Opsir Muda Udara I Adi Soemarmo
Sumber: Dokumentasi Pribadi

            Museum ini merupakan sarana edukasi, inspirasi dan rekreasi. Sarana edukasi karena museum ini banyak memberikan informasi mengenai sejarah perkembangan TNI AU dan perannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman Belanda. Sebagai sarana inspirasi karena koleksi-koleksi yang dimilikinya dan informasi yang diberikan dapat memberikan wawasan kebangsaan dan kebanggaan terhadap NKRI serta dapat memberikan inspirasi terhadap pengunjung mengenai pentingnya peran TNI AU dalam menjaga kedaulatan NKRI. Sebagai sarana rekreasi karena museum ini dapat memberikan kenyamanan kepada pengunjung dan dapat menjadi salah satu tempat hiburan edukatif yang dapat dipilih oleh masyarakat.
            Museum Sejarah Adi Soemarmo juga menggambarkan bagaimana membentuk sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan-pendidikan militer, karena hampir 90% anggota TNI AU adalah lulusan Kawah Candradimuka Lanud Adi Soemarmo. Semua itu dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan organisasi dalam mencetak kualitas hasil didik yang dapat diandalkan dalam menghadapi berbagai tantangan tugas. Pendidikan yang dilaksanakan di Lanud Adi Soemarmo adalah: Skadik 401 yang merupakan Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) dan Pendidikan Suka Rela Dinas Pendek (PSDP) Penerbang TNI; Skadik 402 yang merupakan Sekolah Pemeliharaan Radar Umum; Skadik 403 yang merupakan Sekolah Pembentukan Bintara (Setukba) dan Sekolah Pertama Bintara Prajuriat Karier (Semaba PK); Skadik 404 yang merupakan Sekolah Pertama Tamtama Prajurit Karir (Semata PK); Skadik 405 yang merupakan Sekolah Kejuruan Polisi Militer, Jasmani Militer dan Instruktur Kemiliteran.

Koleksi Museum
            Sebagai sebuah museum, Museum Sejarah Adi Soemarmo tentunya juga memiliki koleksi. Namun, karena museum ini masih tergolong sebagai museum yang kecil, maka koleksinya pun masih sangat sedikit. Koleksi-koleksi yang dimiliki oleh Museum Sejarah Adi Soemarmo diantaranya adalah radio perjuangan yang merupakan alat komunikasi yang menjadi tulang punggung komunikasi para pejuang kemerdekaan RI yang sedang berada di medan pertempuran.
Gambar 2.Radio Komunikasi yang digunakan TNI sejak tahun 1945
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 3. Buku Raport milik Opsir Muda Udara I Adi Soemarmo
Sumber: Dokumentasi Pribadi


Gambar 4. Baling-baling 
Pesawat Douglas C-47 Dacota
Sumber: Dokumentasi Pribadi
            Kemudian, ada juga miniatur pesawat, yang terdiri dari berbagai jenis pesawat tempur yang dimiliki dan digunakan oleh TNI AU. Kemudian ada juga koleksi satu set kursi tamu VIP yang pernah digunakan oleh Komodor Udara Suryadarma dan Komodor Muda Udara Abdul Rachman Saleh untuk menerima secara resmi Organisasi Penerbangan Surakarta dari Divisi IV Surakarta yang dipimpin oleh Kolonel Sutarto. Setelah itu, ada baling-baling pesawat Dacota yang pernah digunakan oleh TNI AU untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Museum ini juga menyimpan sebuah sepeda onthel yang pernah digunakan sebagai kendaraan dinas polisi untuk berpatroli.




Gambar 5. Sepeda Onthel yang pernah digunakan untuk patroli
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 6. Peralatan Senjata yang pernah digunakan oleh TNI AU
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 7. Buku Jam Terbang yang wajib dimiliki oleh Calon Penerbang TNI AU
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar. Teknologi yang pernah digunakan oleh TNI AU
Sumber: Dokumentasi Pribadi

            Koleksi yang berupa dokumentasi foto-foto berbagai peristiwa yang terjadi menyangkut dengan perjalanan sejarah TNI AU dibagi berdasarkan peristiwanya. Misalnya saja dimulai dengan koleksi foto-foto yang menyangkut Opsir Muda Udara I Adi Soemarmo, peran TNI AU dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, dan peristiwa sejarah awal berdirinya TNI AU dan TNI AU di wilayah Surakarta. Selanjutnya, museum ini juga menampilkan foto-foto dokumentasi berbagai kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh TNI AU dalam melahirkan penerbang-penerbangnya. Museum ini juga menampilkan foto-foto dokumentasi menyangkut perjuangan TNI AU dalam mempertahankan kemerdekaan RI dan foto-foto Presiden Sukarno dalam beberapa peristiwa penting yang berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut penerbangan dan perkembangannya. Kemudian terdapat pula foto-foto penerbang wanita pertama di Indonesia. Selain itu, Ada juga foto-foto monumen yang berkaitan dengan sejarah perjuangan TNI AU dan sejarah Lanud TNI AU.
            Koleksi museum lainnya adalah peralatan dan sarana pendidikan calon anggota militer TNI AU seperti contoh seragam pendidikan berupa seragam prajurit sekolah bintara, tamtama, seragam siswa Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) dan pakaian overall oranye siswa sekolah penerbang. Ada juga contoh bangku yang digunakan untuk pendidikan, dan senapan mesin yang biasa digunakan untuk pendidikan. Selain itu, museum juga menyimpan koleksi buku penerbang dan sertifikat yang pernah diterbitkan untuk kadet TNI AU yang telah lulus pendidikan TNI AU. Museum ini juga dilengkapi dengan perpustakaan di bagian belakang museum yang menyimpan banyak buku baik yang berkaitan dengan penerbangan maupun buku-buku umum seperti sejarah dan ilmu sosial lainnya.
            Hal yang patut disayangkan dari museum ini adalah ketiadaan diorama yang dapat menggambarkan perjuangan TNI AU khususnya di Surakarta dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Koleksi yang dimiliki oleh museum ini juga masih terlalu sedikit, sehingga perlu untuk menambah koleksi yang berhubungan dengan alat, sarana, dan teknologi yang pernah digunakan TNI AU mulai pada masa awal terbentuknya Korps TNI AU hingga saat ini. Selain itu, minimnya promosi juga membuat pengunjung museum ini masih sangat minim. Kebanyakan pengunjung museum adalah rombongan pelajar dari tingkat TK, SD, SMP, dan SMA, sedangkan pengunjung umum masih sangat sedikit. Bahkan seringkali dalam jangka waktu satu minggu tidak ada yang mengunjungi museum ini. Faktor lainnya adalah rendahnya tingkat ekonomi masyarakat yang berdampak pada kurang berminatnya masyarakat untuk mengunjungi sebuah museum sejarah. Faktor ini sebenarnya juga dialami oleh museum-museum lainnya di Indonesia. Jam buka museum yang hanya buka pada jam kerja juga membuat masyarakat enggan untuk pergi ke museum tersebut karena kebanyakan masyarakat juga bekerja pada hari-hari tersebut.
            Namun demikian, keberadaan museum ini patut mendapat apresiasi karena TNI AU melalui museum ini menjadi sebuah lembaga pendidikan sejarah kepada masyarakat yang dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan rasa cinta tanah air. Museum ini juga dapat menjadi sarana rekreasi alternatif yang layak untuk dikunjungi. Koleksi-koleksi yang dimiliki museum meski masih sangat sederhana tetapi cukup untuk menumbuhkan inspirasi bagi para pemuda untuk berperan lebih aktif untuk kepentingan bangsa dan negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar