Museum Sejarah Opsir Muda Udara I
Adi Soemarmo
Surakarta, Jawa Tengah
Museum Sejarah Opsir Muda Udara I Adi Soemarmo merupakan
sebuah museum sejarah yang menggambarkan perjuangan TNI Angkatan Udara dalam
mempertahankan NKRI dari upaya dekolonisasi Belanda melalui aksi polisinil atau
agresi militer pertama dan kedua. Museum ini letaknya berada nylempit di tengah-tengah kompleks
Pangkalan Militer TNI AU Adi Soemarmo Surakarta, Jawa Tengah. Letaknya yang nylempit di tengah kompleks pangkalan
militer membuat tidak banyak orang yang tahu mengenai keberadaan museum ini.
Selain itu, masyarakat mungkin juga segan untuk masuk ke kompleks pangkalan
militer karena takut atau enggan bertemu dengan para anggota TNI AU yang
berbadan tegap dan bertampang “sangar” yang berjaga di sana.
Museum yang beralamat di Jalan Tentara Pelajar Colomadu
Surakarta ini diresmikan pada tanggal 20 Mei 2011 oleh Komandan Komando
Pendidikan TNI AU (Dankodikau) Marsda TNI Bagus Puruhito. Sementara ini museum
hanya buka pada setiap hari kerja, yakni Senin-Jumat pukul 09.00-14.00 WIB.
Untuk masuk ke lokasi museum, pengunjung harus melapor terlebih dahulu melalui
pos penjagaan POM sebelah timur. Pengunjung juga wajib untuk menyerahkan atau
menitipkan tanda pengenal (KTP/SIM/Kartu Pelajar) terlebih dahulu, baru
kemudian diberi tanda masuk oleh petugas jaga. Untuk masuk ke museum pengunjung
tidak dipungut biaya atau gratis.
Bangunan museum ini tidak terlalu luas karena luasnya tidak
lebih dari 75 meter persegi. Koleksi museum ini juga cukup sederhana karena
kebanyakan berupa foto dokumentasi, alat-alat yang pernah digunakan oleh
pejuang kemerdekaan RI,miniatur pesawat yang digunakan TNI AU, dan sarana
penunjang pendidikan kadet TNI AU. Meskipun cukup kecil, tetapi koleksi yang
dimiliki museum ini mampu untuk menggambarkan perjuangan TNI AU pada Agresi
Belanda I yang memiliki peran dalam melaksanakan misi kemanusiaan dengan
menggunakan pesawat Dacota VTCLA dari Singapura dengan membawa obat-obatan
sumbangan palang merah Melayu kepada Palang Merah Indonesia. Ketika itu pesawat
ini diserang dan ditembak jatuh oleh 2 pesawat Kittu Hawk Belanda. Peristiwa
ini terjadi di Ngoto, Bantul, Yogyakarta pada tanggal 29 Juli 1947 yang
mengakibatkan gugurnya Opsir Muda Adi Soemarmo dan Komodor Udara Adisutjipto dan
Komodor Muda Udara Abdurrahman Saleh. Pada Agresi Belanda II gugur anggota TNI
AU antara lain Kopral Udara Sarsono dan Pratu Udara Semi yang meledakkan
jembatan Kali Pepe, dengan tujuan untuk menghambat gerakan Belanda.
Gambar 1.
Kondisi Ruangan Museum Sejarah Opsir Muda Udara I Adi Soemarmo
Sumber:
Dokumentasi Pribadi
Museum ini merupakan sarana edukasi, inspirasi dan
rekreasi. Sarana edukasi karena museum ini banyak memberikan informasi mengenai
sejarah perkembangan TNI AU dan perannya dalam mempertahankan kemerdekaan
Indonesia dari ancaman Belanda. Sebagai sarana inspirasi karena koleksi-koleksi
yang dimilikinya dan informasi yang diberikan dapat memberikan wawasan
kebangsaan dan kebanggaan terhadap NKRI serta dapat memberikan inspirasi terhadap
pengunjung mengenai pentingnya peran TNI AU dalam menjaga kedaulatan NKRI.
Sebagai sarana rekreasi karena museum ini dapat memberikan kenyamanan kepada
pengunjung dan dapat menjadi salah satu tempat hiburan edukatif yang dapat
dipilih oleh masyarakat.
Museum Sejarah Adi Soemarmo juga menggambarkan bagaimana
membentuk sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan-pendidikan
militer, karena hampir 90% anggota TNI AU adalah lulusan Kawah Candradimuka
Lanud Adi Soemarmo. Semua itu dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan organisasi
dalam mencetak kualitas hasil didik yang dapat diandalkan dalam menghadapi
berbagai tantangan tugas. Pendidikan yang dilaksanakan di Lanud Adi Soemarmo
adalah: Skadik 401 yang merupakan Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) dan
Pendidikan Suka Rela Dinas Pendek (PSDP) Penerbang TNI; Skadik 402 yang
merupakan Sekolah Pemeliharaan Radar Umum; Skadik 403 yang merupakan Sekolah
Pembentukan Bintara (Setukba) dan Sekolah Pertama Bintara Prajuriat Karier
(Semaba PK); Skadik 404 yang merupakan Sekolah Pertama Tamtama Prajurit Karir
(Semata PK); Skadik 405 yang merupakan Sekolah Kejuruan Polisi Militer, Jasmani
Militer dan Instruktur Kemiliteran.
Koleksi
Museum
Sebagai sebuah museum, Museum Sejarah Adi Soemarmo
tentunya juga memiliki koleksi. Namun, karena museum ini masih tergolong
sebagai museum yang kecil, maka koleksinya pun masih sangat sedikit.
Koleksi-koleksi yang dimiliki oleh Museum Sejarah Adi Soemarmo diantaranya
adalah radio perjuangan yang merupakan alat komunikasi yang menjadi tulang
punggung komunikasi para pejuang kemerdekaan RI yang sedang berada di medan
pertempuran.
Gambar 2.Radio
Komunikasi yang digunakan TNI sejak tahun 1945
Sumber:
Dokumentasi Pribadi
Gambar 3.
Buku Raport milik Opsir Muda Udara I Adi Soemarmo
Sumber:
Dokumentasi Pribadi
![]() |
Gambar 4. Baling-baling
Pesawat Douglas C-47 Dacota
Sumber:
Dokumentasi Pribadi
|
Kemudian, ada juga
miniatur pesawat, yang terdiri dari berbagai jenis pesawat tempur yang dimiliki
dan digunakan oleh TNI AU. Kemudian ada juga koleksi satu set kursi tamu VIP
yang pernah digunakan oleh Komodor Udara Suryadarma dan Komodor Muda Udara
Abdul Rachman Saleh untuk menerima secara resmi Organisasi Penerbangan
Surakarta dari Divisi IV Surakarta yang dipimpin oleh Kolonel Sutarto. Setelah
itu, ada baling-baling pesawat Dacota yang pernah digunakan oleh TNI AU untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Museum ini juga menyimpan sebuah sepeda onthel yang pernah digunakan
sebagai kendaraan dinas polisi untuk berpatroli.
Gambar 5.
Sepeda Onthel yang pernah digunakan untuk patroli
Sumber:
Dokumentasi Pribadi
Gambar 6. Peralatan Senjata yang pernah digunakan
oleh TNI AU
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 7. Buku Jam Terbang yang wajib dimiliki oleh
Calon Penerbang TNI AU
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar. Teknologi yang pernah digunakan oleh TNI
AU
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Koleksi yang berupa dokumentasi foto-foto berbagai
peristiwa yang terjadi menyangkut dengan perjalanan sejarah TNI AU dibagi
berdasarkan peristiwanya. Misalnya saja dimulai dengan koleksi foto-foto yang
menyangkut Opsir Muda Udara I Adi Soemarmo, peran TNI AU dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia, dan peristiwa sejarah awal berdirinya TNI AU dan TNI AU
di wilayah Surakarta. Selanjutnya, museum ini juga menampilkan foto-foto
dokumentasi berbagai kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh TNI AU dalam
melahirkan penerbang-penerbangnya. Museum ini juga menampilkan foto-foto
dokumentasi menyangkut perjuangan TNI AU dalam mempertahankan kemerdekaan RI
dan foto-foto Presiden Sukarno dalam beberapa peristiwa penting yang
berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut penerbangan dan perkembangannya.
Kemudian terdapat pula foto-foto penerbang wanita
pertama di Indonesia. Selain itu, Ada
juga foto-foto monumen yang berkaitan dengan sejarah perjuangan TNI AU dan
sejarah Lanud TNI AU.
Koleksi museum lainnya adalah peralatan dan sarana
pendidikan calon anggota militer TNI AU seperti contoh seragam pendidikan berupa
seragam prajurit sekolah bintara, tamtama, seragam
siswa Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) dan pakaian overall oranye
siswa sekolah penerbang. Ada juga
contoh bangku yang digunakan untuk pendidikan, dan senapan mesin yang biasa
digunakan untuk pendidikan. Selain itu, museum juga menyimpan koleksi buku
penerbang dan sertifikat yang pernah diterbitkan untuk kadet TNI AU yang telah
lulus pendidikan TNI AU. Museum ini juga dilengkapi dengan perpustakaan di
bagian belakang museum yang menyimpan banyak buku baik yang berkaitan dengan penerbangan
maupun buku-buku umum seperti sejarah dan ilmu sosial lainnya.
Hal yang patut disayangkan dari museum ini adalah ketiadaan
diorama yang dapat menggambarkan perjuangan TNI AU khususnya di Surakarta dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Koleksi yang dimiliki oleh museum ini
juga masih terlalu sedikit, sehingga perlu untuk menambah koleksi yang
berhubungan dengan alat, sarana, dan teknologi yang pernah digunakan TNI AU
mulai pada masa awal terbentuknya Korps TNI AU hingga saat ini. Selain itu,
minimnya promosi juga membuat pengunjung museum ini masih sangat minim.
Kebanyakan pengunjung museum adalah rombongan pelajar dari tingkat TK, SD, SMP,
dan SMA, sedangkan pengunjung umum masih sangat sedikit. Bahkan seringkali
dalam jangka waktu satu minggu tidak ada yang mengunjungi museum ini. Faktor
lainnya adalah rendahnya tingkat ekonomi masyarakat yang berdampak pada kurang
berminatnya masyarakat untuk mengunjungi sebuah museum sejarah. Faktor ini
sebenarnya juga dialami oleh museum-museum lainnya di Indonesia. Jam buka
museum yang hanya buka pada jam kerja juga membuat masyarakat enggan untuk
pergi ke museum tersebut karena kebanyakan masyarakat juga bekerja pada hari-hari
tersebut.
Namun demikian, keberadaan museum ini patut mendapat
apresiasi karena TNI AU melalui museum ini menjadi sebuah lembaga pendidikan
sejarah kepada masyarakat yang dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan rasa
cinta tanah air. Museum ini juga dapat menjadi sarana rekreasi alternatif yang
layak untuk dikunjungi. Koleksi-koleksi yang dimiliki museum meski masih sangat
sederhana tetapi cukup untuk menumbuhkan inspirasi bagi para pemuda untuk
berperan lebih aktif untuk kepentingan bangsa dan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar